Catatan Perjalanan Belajar Holistic Healing

Bismillahirrahmanirrahim...


Mari membuka tahun yang baru dengan membuat satu tulisan baru di blog ini. Dengan harapan bisa konsisten membuat minimal satu artikel dalam satu bulan. Setelah aku cek, ternyata tahun 2023 aku nggak membuat postingan sama sekali di blog ini. Sungguh sangat tidak produktif, hiks. Kali ini aku mau bercerita tentang perjalanan hijrahku ke dunia holistik. Tentu saja trigger utamanya adalah anak bujangku. Berbekal keinginan untuk memperbaiki nafsu makan dan kesehatannya, aku akhirnya nyemplung ke berbagai kelas kesehatan holistik.

Kelas pertama

Kelas holistik pertama yang aku ikuti adalah kelas basic kesehatan dari Ikarie group di Oktober 2020. Saat itu anakku, Kin berumur dua tahun. Nafsu makannya tidak terlalu baik sejak umur satu tahun dan aku aku semakin khawatir nutrisinya tidak tercukupi dengan baik setelah Kin lulus ASI dua tahun. Tapi mungkin Allah belum memberiku jalan untuk mengamalkannya dengan baik karena setelah kelas belum ada perubahan yang berarti dan aku pun belum konsisten menerapkan ilmunya.

Perubahan besar mulai terasa setelah aku mengikuti kelas pertama di Wholisticgoodness pada 20 November 2021. Series "Food for Healing" yang terdiri dari lima kelas. Kelas yang membuka mataku tentang apa sih sehat itu? Apasih asupan yang benar itu? Apasih hal pertama yang harus aku perbaiki untuk kesehatan anakku? Makanan yang selama ini aku kira sehat ternyata malah menyakiti perut anakku.

Kelas pertamaku di Wholisticgoodness

Tentunya nggak ujug-ujug ikut kelas ya. Dimulai dari pertengahan tahun 2020 aku join grup whatsapp yang membahas tentang skincare (WLS - white label skincare) karena aku dulu pecinta skincare garis keras. Di WAG itu sering berseliweran informasi tentang kelas-kelas Wholisticgoodness. Awal-awal lihat info kelasnya ngerasa kok mahal ya, mau ikut rasa sayang uangnya. Lalu berseliweranlah testimoni dari orang-orang yang sudah ikut kelasnya. Akhirnya memberanikan diri ikut kelas di akhir 2021 dalam rangka ikhtiar untuk perbaikan kesehatan anakku. Trus nagih pengen terus belajar sampai sekarang.

Dari Wholisticgoodness aku bertemu dengan berbagai kelas lainnya seperti @kelasbubby dan @asysyifaaholisticmedical yang sama kerennya. Perk of digital life, ibu rumah tangga sepertiku jadi bisa belajar dari rumah saja. Salah satu dampak positif pandemi Covid, cara belajar yang berubah menjadi daring. 

Testimoni kelas-kelas Wholisticgoodness

Sampai saat ini aku sudah mengikuti 16 judul kelas di Wholisticgoodness. Beberapa malah sudah reseat ulang. Testimoniku tentang kelas-kelas ini adalah harusnya ilmu yang ada di Wholistisgoodness ini jadi materi wajib di bangku sekolahan. Aku nggak melebih-lebihkan, aku bukan juga affiliate Wholisticgoodness yang sedang iklan. Cuma pengen sharing manfaat dari ilmu-ilmu tersebut Masyaallah tabarakallah sekali. Worth every penny. Semuanya aplicable dalam kehidupan sehari-hari. Aku nggak pernah merasa buang uang sia-sia setiap selesai kelasnya. Yang mau kepo kelas-kelasnya silakan meluncur ke instagram @wholisticgoodness. Inshaallah kalau dikasih waktu dan kesempatan sama Allah aku akan merangkum setiap kelasnya di blog ini. Sebagai resume hasil belajarku juga. Semoga Allah mudahkan.

Testimoni keduaku adalah kondisi kesehatan anakku yang dengan izin Allah membaik, jarang sekali muncul beruntusan lagi, nafsu makannya jauh membaik, konsistensi BABnya membaik (yang mana dulu selalu ambyar), berat badannya naik bertahap dan Alhamdulillah ala kulli haal jarang sekali sakit. Tentunya aku masih terus berproses, masih jauh dari sempurna. Tapi aku selalu ingat pesan Mba Vidya, guruku di Wholisticgoodness, 

"Jangan pernah mengejar kesempurnaan. Lakukan semaksimal yang kita mampu saat ini. Hasil itu bagian Allah, bagian kita adalah ikhtiar lalu tawakal"

 Baca juga : Penanganan Luka Dermatitis Dishidrotik (Eksim Pompholyx) dengan Plester Hidrokoloid

Testimoni ketigaku adalah dermatitis dishidrotikku yang sudah jarang muncul. Aku juga sempat punya masalah sebopsoriasis yang muncul saat proses menyapih anakku yang ternyata terkait dengan rasa kesedihan saat proses penyapihannya. Bisa dibaca pada link di bawah ini.

Baca juga : Apa sih Sebopsoriasis itu? Ini Cerita Sebopsoriasisku

Kendala saat hijrah ke dunia kesehatan holistik

Tentu setiap kemudahan datang dengan pasangannya berupa kesulitan. Bukan berarti menerapkan ilmunya semudah join kelasnya. Tentu tydac ferguso... 
Berikut beberapa kendala yang aku rasakan dalam proses hijrah ini. Mungkin kamu yang sedang hijrah juga merasakan kepusingan-kepusingan ini. Share dong bagaimana kamu deal with it...

  1. Overwhelmed. Aku yang awalnya buta banget A-Z terkait kesehatan holistik, tiba-tiba dihadapkan dengan 5 series kelas yang padat ilmu. Aliran informasinya kayak hot lava, deras dan panas. Langsung panik dan rudet, "yang mana dulu ini yang harus dibenerin????". Satu-satunya cara adalah pasrah dan memulai dari yang paling urgent dan paling mudah dilakukan.
  2. Money. Sepele tapi berasa sekali ini wkwkwk. Hijrah ke hal-hal yang thayyib itu nyatanya memang tidak semudah teori di kelas. Dunia kita yang sudah sistemik dipenuhi dengan hal-hal instan yang merusak kesehatan ini membuat apa-apa yang harus diganti itu terasa mahal. Lagi dan lagi serahkan pada Allah. Kalau Allah tahu kamu butuh, pasti Allah mampukan.
  3. Circle. Salah satu guru di grup whatsapp, Bang Daurie pernah bilang kalau orang-orang yang belajar holistik healing itu adalah orang-orang yang sakit. Ya memang benar, karena kita sedang mencari kesembuhan. Oleh karena itu pintar-pintarlah memilih circlemu. Jangan telan mentah-mentah semua infromasi. Pastikan kredibilitas yang memberi informasi terlebih dulu.

Turunkan ekspektasimu

Setelah ikut kelas itu pasti aja akan ada list goal yang ingin dicapai dalam rangka menerapkan ilmunya. Tapi kadang list ini malah memberikan pressure yang bisa bikin hidup mumet. Sejak dua tahunan ini belajar, aku mulai memahami bahwa dari list tersebut aku bisa membuat prioritas. Mana yang bisa aku terapkan sekarang mana yang "ntar dulu deh gapapa". Karena kalau ekspektasi terlalu tinggi, mimpinya terlalu jauh untuk dicapai, rasanya akan sulit dan malah jadi nggak dieksekusi sama sekali.

Salah satu contoh yang terberat adalah terkait panci sultan, Saladmaster. Awal-awal ikut kelas langsung denial aku nggak butuh panci itu. Makin kesini ternyata manfaat yang diberikan memang sebaik itu cuma ya Allah mahal pisan, rasanya tak mampu. Tapi apasih yang nggak mungkin kalau Allah kasih izin. Di akhir 2023 aku berhasil meminang satu panci tersebut untuk bekal membuat meat stock dan bone broth untuk keluargaku.
Saladmaster pertamaku

Tentunya karena kebaikan Miss @hellomissbunny dan dengan cara menurunkan ekspektasiku. Aku merelakan membuat meat stock selama setahun terakhir ini dengan bahan baku yang aku beli di warung biasa aja. Bukan daging atau sayur seperti tahun pertama aku memperbaiki pencernaan Kin yang segalanya aku usahakan serba organik. Nggak papa, Inshaallah pencernaan Kin sudah jauh membaik setahun kebelakang dan kelak panci ini akan aku pakai seumur hidup bahkan bisa aku wariskan untuk Kin kelak. Mengalah demi investasi jangka panjang.

Karena bukan anak sultan, semua bahan makanan, skincare dan sebagainya tentu aku ganti bertahap. Pada kenyataannya aku jadi melihat bahwa kebutuhanku di dunia ini nggak sebanyak itu. Misal dulu  aku menggunakan 10 steps skincare, pas beralih ke skincare organik dan tahu apa kebutuhanku, aku cuma butuh 4 dari 10 steps tersebut. Hemat 6 steps ternyata gais. Jadi aku pun belajar merubah sudut pandang dalam memahaminya, tidak lagi melihat harga per item barang. Tapi dihitung benefit dan resiko kesehatan jangka panjangnya.

Kesimpulan

Tadinya mau pendek aja artikel pembuka tahun 2024 ini. Ternyata panjang kali lebar juga. Semoga maksudnya tersampaikan dengan baik ya. Aku senang sekali jika kamu yang membaca berkenan untuk berdiskusi di kolom komentar. Sungguh tidak ada niat pamer sama sekali karena akupun merasakan jatuh bangun sulitnya switching ke hal-hal yang lebih thayyib itu. Sama sekali nggak mudah, sama sekali nggak murah, godaan setan dimana-mana. Tapi minta tolong aja sama Allah untuk dimampukan. Itu jalan termudah menurutku. Semoga Allah mudahkan urusan kita ya :)

*30 Desember 2023 aku ikut kelas Syncing with the Sun yang membuka mata betapa baiknya Allah memberi tools healing berupa sinar matahari yang gratis tis tis. Jadi healing bukan hanya perkara murah mahal kok, tapi mau mulai dan konsisten atau nggak :)