Eksim pompholyx |
Baca juga : Gejala Psoriasis, Sebopsoriasis
Apa sih eksim atau dermatitis itu?
Sumber : verywellhealth.com |
Eksim atau bahasa kedokterannya dermatitis bukan merupakan penyakit menular. Penyakit ini termasuk penyakit yang bersifat kronis (jangka panjang) yang sering ditandai dengan gatal yang sulit ditahan. Kadang disertai dengan gelembung berisi cairan (blister) pada kulit atau retakan yang dalam dan nyeri (fisura). Kalau dari segi ilmu kesehatan holistik klasik, dermatitis termasuk penyakit yang disebabkan leaky gut atau kondisi pencernaan yang bermasalah dan kondisi kelemahan pada paru-paru yang relasinya sangat terkait dengan kulit. Dilansir dari alodokter, jenis dermatitis ada bermacam-macam yaitu :
- Dermatitis atopik (eksim). Ciri khas dermatitis ini adalah gatal, ruam, memerah, bersisik dan gelembung kecil berisi cairan. Penyebabnya bisa sabun, detergen, kulit kering, kondisi lingkungan, genetik, riwayat asma atau gangguan hidung, dll.
- Dermatitis kontak. Jenis dermatitis yang muncul saat penderita kontak langsung dengan bahan iritan seperti handsanitizer, detergen, pembersih rumah. Atau saat kontak langsung dengan penyebab alergi seperti nikel, perhiasan, lateks atau make up. Bisa langsung muncul saat terkena pertama kali atau setelah beberapa kali terpapar.
- Dermatitis dishidrotik (eksim pompholyx). Ciri khasnya adanya gelembung kecil berisi cairan (blister) di jari, telapak tangan atau kaki yang super gatal dan nyeri. Jika pecah cairan tersebut bisa menular ke bagian kulit yang lain tapi tidak menular kepada orang lain. Biasanya setelah 2-3 minggu akan hilang sehingga kulit mengering dan pecah-pecah. Kondisi ini dipicu suhu panas yang membuat tangan kaki gampang berkeringat atau suhu dingin-kering sehingga kondisi kulit jadi kering dan sensitif. Biasanya terjadi juga pada orang-orang yang bekerjanya sering terkena air.
- Dermatitis seboroik. Tampilan dermatitis ini adalah kulit bercak bersisik, memerah dan ketombe yang membandel. Biasanya terjadi pada tubuh bagian atas seperti leher, punggung, dan wajah termasuk kepala.
- Dermatitik numularis. Ditandai dengan bercak merah gatal dan nyeri yang biasanya menyerang laki-laki berusia 55-65 tahun dan perempuan 15-25 tahun.
- Neurodermatitis. Dermatitis ini berupa bercak kulit yang disertai gatal hebat pada bagian leher, pergelangan tangan, lengan, paha, pergelangan kaki yang memburuk saat penderita beristirahat.
- Dermatitis statis. Disebut juga eksim vena yang terjadi pada kaki bagian bawah yang sering ditandai dengan munculnya varises.
Eksimku, dermatitis pompholyx
Sebulan berlalu sejak corona masuk ke Indonesia, badan mulai nggak enak. Berat badan naik turun drastis. Dari 66 ke 63 eh besokannya ke 66 lagi. Sering sakit leher dan bahu. Sering pusing. PMS parah. Sampai akhirnya eksim pompholyxku muncul dan parah. Mantul sekali efek corona itu. Karena rasanya sudah mengganggu sekali, aku memutuskan konsultasi ke dokter kulit via chat di aplikasi halodoc. Biayanya Rp 25.000 satu kali konsul. Hasil diagnosanya sesuai dugaanku yaitu eksim pompholyx (eksim dishidrotik).
Eksimku itu termasuk jenis dermatitis yang biasanya dipicu karena cuaca. Tipikal tubuhku itu kulitnya kering dan suhu tubuh hangat jadi gampang banget berkeringat jadi kulit semakin kering dan sensitif. Cuaca dingin yang membuat kulit kering pun bisa memicu eksimku. Tapi kali ini pemicunya adalah dermatitis kontak akibat paparan handsanitizer dan desinfektan pembersih lantai yang aku pakai berlebihan selama masa pandemi ini. Diperparah dengan stres melihat berita tentang pandemi yang berseliweran di sana sini dan perasaan terperangkap di rumah karena nggak bisa kemana-mana. Rasanya memang terkekang banget ya harus #dirumahaja tanpa tahu kapan pandemi berakhir. Bahkan anak rumahan introvert sepertiku aja jenuh dan butuh untuk main keluar.
Wound dressing, plester luka dermatitis
Aku dikasih 2 resep obat minum dan krim oles. Disuruh menjauhi pemicunya dan sering-sering pakai handcream agar kelembaban kulit terjaga. Konsul dokter tanggal 17 april 2020. Dan sekarang kondisinya masih parah. Terjadi penyebaran karena lepuhannya ada yang pecah dan menyebar ke bagian lain. Setelah minum obat dokter, dermatitisnya mereda tapi lukanya lumayan parah, dalam, berair dan sakit BANGET setiap dipakai beraktifitas. Nggak bisa dibalut perban juga karena akan bikin lukanya nggak kering-kering dan setiap kesenggol juga sakit sekali. Seorang teman yang baik hati mengirimkan wound dressing DuoDERM untuk menutup lukanya agar aku bisa beraktifitas. Wound dressing ini adalah plester yang biasanya digunakan untuk luka basah dengan jumlah cairan sedikit-sedang seperti luka dermatitis, luka diabetes dan luka jerawat. Iyes, kalau Kamu sering menggunakan acne patch, itu adalah plester hidrokoloid.
Plester hidrokoloid |
a. Plester hidrokoloid
Ada banyak merk jenis plester hidrokoloid, tapi yang aku coba hanya DuoDERM ini. DuoDERM ini plester jenis hidrokoloid yang tujuannya menjaga luka dari infeksi kuman luar, menjaga kelembaban disekitar area luka sehingga pertumbuhan kulit baru berlangsung cepat dan optimal. Jadi nggak ada tuh momen bekas luka dengan koreng hitam karena begitu waktunya plester dibuka, kulit baru sudah tumbuh dengan cantik tanpa ada bekas luka yang lama hilangnya. Plester ini terbuat dari bahan alami sehingga biodegredable alias dapat terurai di alam. Plester ini gampang sekali mengikuti kontur kulit dan menempel dengan sempurna sehingga bagian luka jadi stabil saat aku bergerak tuh nggak sakit.
Dipasang selebar lukanya saja |
Cairan pada luka akan diserap oleh plester ini agar kondisi luka tidak basah dan penyembuhan optimal. Tanda plester harus diganti adalah saat plester sudah tampak memutih dan menggembung karena penuh menyerap cairan luka. Warna putih yang menggembung dibagian luka itu bukan nanah ya, tapi gel hidrokoloid yang terbentuk dari cairan luka. Jika tidak segera diganti akan terjadi maserasi yang merusak kulit sehat di sekitar luka dan terasa sakit karena bagian yang menggembung ini akan menekan luka. Tips dariku, potong ukuran plester hanya lebih sedikit dari ukuran luka karena jika terlalu banyak bagian kulit sehat yang tertutupi plester, lukanya malah melebar akibat maserasi ini.
Plester sudah memutih dan menggembung tanda harus diganti |
Penjelasan dari website DuoDERM |
Manfaat lain dari plester hidrokoloid ini adalah pemasangan dan pelepasannya yang mudah dan tanpa rasa sakit seperti saat luka pakai perban. Saat masih basah banget, aku mengganti plester ini sekitar 3-4 hari sekali. Setelah semakin sembuh, plester bisa bertahan hingga seminggu. Harga per lembarnya memang lumayan, tapi kenyamanan saat dipakai dan proses penyembuhan luka yang cepat dan optimal sebanding kok dengan harganya. Plesternya juga bisa digunting secukupnya selebar area yang ingin dicover saja. Tipsnya jangan dipakai cuci piring atau terkena air dalam waktu yang lama karena khawatir terkelopek dan harus diganti. Kan sayang mihil wkwk.
Kalau dipegang masih agak sakit, plester lagi biar terjaga kulit barunya |
kalau sudah seperti ini, tinggal sering dikasih pelembab aja |
b. Kekurangan plester hidrokoloid
Tentunya plester hidrokoloid bukanlah plester penyembuh ajaib. Plester ini juga memiliki kekurangan yaitu :
- Gel hidrokoloid yang terbentuk akan menimbulkan bau tidak sedap
- Bisa merusak kulit di sekitar luka karena menempel sangat kuat sehingga kadang luka jadi melebar
- Hanya bisa untuk luka tanpa infeksi
- Hanya untuk luka yang tidak dalam (stage 2)
- Tidak cocok untuk luka dengan cairan yang banyak
Tips untuk penderita dermatitis dishidrotik atau pompholyx
Tips ini aku buat berdasarkan jenis dermatitis yang aku alami ya. Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba lakukan untuk penanganan dan pencegahan dermatitis dishidrotik :
- Saat dermatitis kambuh, coba rendam jari dengan air hangat untuk meredakan gatal agar Kamu tidak tergoda untuk menggaruk dan membuatnya menyebar ke bagian kulit lain. Semakin panas airnya, semakin cepat gatalnya reda. Bagian yang berisi cairan nanti akan terasa mengencang dan baal tapi gatalnya akan hilang.
- Gunakan humidifier untuk menjaga kelembaban saat di ruangan ber-AC
- Selalu aplikasikan pelembab setelah cuci tangan, sehabis mandi atau kapanpun saat kulit terasa kering
- Kelola stres dengan melakukan self healing
- Berjemur untuk mendapatkan manfaat regenerasi sel dari sinar matahari
- Grounding di tanah untuk mengambil manfaat elektron dan bakteri baik dari alam
Sekian pengalaman dermatitisku. Seiring dengan aku memperbaiki pola hidup lebih sehat, dermatitis ini jarang sekali kambuh. Hanya benar-benar muncul saat kondisi imun sedang drop dan munculnya pun hanya sedikit. Semoga Kamu yang mengalami eksim bisa menemukan jalan untuk sembuh seutuhnya ya. Aamiin... :)
Sumber :